KATA PENGANTAR
Segala
puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kebutuhan Dasar
Manusia kami dengan judul “Pendekatan Model Dokumentasi keperawatan”.
Dalam
menyusun makalah ini, kami banyak menemui kesulitan dan hambatan sehingga kami
tidak terlepas dari segala bantuan, arahan, dorongan semangat dari berbagai
pihak. Dan akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu kami
ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada berbagai pihak yang telah membantu kami yang tidak dapat kami sebutkan
satu persatu. Terima kasih atas kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan
masukan, motivasi dan bimbingan selama penyusunan makalah ini.
Segala kemampuan
dan daya upaya telah kami usahakan semaksimal mungkin, namun kami menyadari
bahwa kami selaku penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca. Penulis berharap semoga hasil makalah ini memberikan manfaat bagi
kita semua, Amin.
Pontianak, Maret 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Proses profesionalisme bidang keperawatan merupakan
proses berubah jangka panjang yang melibatkan berbagai pihak, baik dari
kalangan keperawatan sendiri ataupun dari kalangan non keperawatan. Hal ini
berarti bahwa perawat harus mau berubah dan mengikuti perubahan ke arah yang
lebih baik. Dengan demikian, perawat harus berani menghadapi
konsekuensi-konsekuensi dan implikasi-implikasi guna menampilkan ciri profesi
dalam dirinya, yaitu sebagai perawat profesional.
Keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan
konsep dan terjadi pergeseran yang sangat penting. Salah satu pergeseran penting
yang terjadi dalam proses profesionalisasi keperawatan adalah dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan. Pada awalnya, penekanan lebih ke arah prosedur, tanpa
adanya penekanan terhadap landasan pengetahuan ilmiah dan metode ilmiah yang
bersifat logis dan sistematis. Sekarang keduanya berjalan seiring yang dikenal
sebagai proses keperawatan.
Antara profesionalisme keperawatan dengan dokumentasi
proses keperawatan saling terkait. Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan sangatlah penting. Tuntutan profesi adalah dokumentasi keperawatan
yang bertanggung jawab, baik dari aspek etik maupun aspek hukum.
B.
Rumusan masalah
Pendekatan Model Dokumentasi keperawatan :
1. Apa
itu dokumentasi keperawatan?
2. Apa
saja model-model dokumentasi keperawatan?
3. Apa
saja kerugian dan keuntungan dari masing-masing model dokumentasi keperawatan?
C.
Tujuan
Tujuan kami
mengangkat topik pendekatan model dokumentasi keperawatan adalah untuk
memberikan sedikit pemahaman tentang bagaimana model dokumentasi keperawatan. Selain itu dengan mempelajari model dokumentasi
keperawatan dapat menjamin tumbuhnya pandangan, sikap, dan cara berpikir
profesional pada setiap pemberian asuhan keperawatan. Membantu mahasiswa dalam
proses pembelajaran, sehingga mahasiswa dapat belajar ataupun membandingkan
antara teori dan praktik. Merupakan sumber data pendidikan dan pengajaran
karena berisi kronologis asuhan keperawatan dan merupakan referensi riset.
D.
Metode Penulisan
Dalampenulisanmakalahinipenyusunmenggunakanmetode:
1.
Perpustakaan
2.
Diskusi Kelompok
3.
Literatur
internet
E.
Sistematika
Bab I Pendahuluan
A. LatarBelakang
B. Rumusan Masalah
C. TujuanPenulisan
D. MetodePenulisan
E. Sistematika
Bab II Pembahasan
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB II
PEMBAHASAN
MODEL DOKUMENTASI KEPERAWATAN
A. MODEL DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Aspek komunikasi, dokumentasi keperawatan dan standar
dokumentasi merupakan tiga aspek penting dalam pendokumentasian. Perawat harus
memahami aspek tersebut dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan demi upaya
meningkatkan kualitas pendokumentasian keperawatan.
a.
Komunikasi
Komunikasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada rekan sejawat atau tenaga kesehatan lainnya tentang apa
yang sudah, sedang dan yang akan dilakukan.
b.
Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi yang dimaksud meliputi
pengkajian,perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Proses
keperawatan merupakan metode yang tepat dan memberi kontribusi yang positif
bagi pasien jika dilaksanakan dengan baik dan benar.
c.
Standar dokumentasi
Standar dokumentasi merupakan standar yang dibuat
untuk mengukur kualitas dan kuantitas dokumentasi keperawatan. Standar ini juga
bisa dimanfaatkan sebagai pedoman praktik dalam memberikan tindakan
keperawatan.
Model dokumentasi keperawatan merupakan model
dokumentasi dimana data-data klien dimasukan kedalam suatu format, catatan dan
prosedur dengan tepat yang dapat memberikan gambaran perawatan secara lengkap
dan akurat. Dalam catatan ini dapat diketahui secara jelas siapa yang mencatat,
dimana catatan dibuat, bagaimana cara mencatat, kapan catatan dibuat dan
dibutuhkan, dan dalam bentuk apa catatan tersebut dibuat. Sedangkan teknik
dokumentasi keperawatan merupakan cara menggunakan dokumentasi keperawatan
kedalam proses keperawatan.
Model dokumentasi keperawatan terdiri dari 7 komponen,
yaitu:
a.
Model dokumentasi SOR (source-oriented-record).
b.
Model dokumentasi POR (problem-oriented-record).
c.
Model dokumentasi POR
(progress-oriented-record).
d.
Model dokumentasi CBE (charting by exeption).
e.
Model dokumentasi PIE
(problem-intervention-evaluation).
f.
Model dokumentasi POS (process-oriented-system).
g.
Sistem dokumentasi Core.
1. Model dokumentasi SOR (source oriented record)
Model dokumentasi SOR (source-oriented-record)merupakan model dokumentasi yang
berorientasi pada sumber informasi. Model
ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola
pencatatan. Dokumentasi dibuat dengan cara setiap anggota tim kesehatan membuat
catatan sendiri dari hasil observasi. Kemudian, semua hasil dokumentasi
dikumpulkan menjadi satu. Sehingga masing-masing anggota tim kesehatan melaksanakan
kegiatan sendiri tanpa bergantung dengan anggota tim kesehatan yang lain.
Misalnya, kumpulan dokumentasi yang bersumber dari dokter, bidan, perawat,
fisioterapi, ahli gizi, dan lain-lain.Dokter menggunakan lembar untuk
mencatat instruksi, lembaran riwayat penyakit dan perkembangan penyakit. Bidan
menggunakan catatankebidanan, begitu pula disiplin lain mempunyai catatan
masing-masing.Model ini dapat diterapkan pada pasien rawat inap, yang
didalamnya terdapat catatan pesan Dokter yang ditulis oleh Dokter, dan riwayat
keperawatan yang ditulis oleh perawat. Namun demikian, secara umum catatan ini
berupa pesan Dokter. Catatan-catatan dalam model ini ditempatkan atas dasar
disiplin orang atau sumber yang mengolah pendokumetasian.
Model dokumentasi SOR ini dapat dibuat dengan formulir
grafik, format pemberian obat, format catatan perawat termasuk riwayat penyakit
klien, riwayat perawatan perawatan dan perkembangan pasien, pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan diagnostik, formulir masuk Rumah sakit dan
formulir untuk tindakan operasi yang ditandatangani oleh pasien dan keluarga.
Model dokumentasi SOR terdiri dari 5 kompnen, yaitu:
a.
Lembar penerimaan berisi biodata.
b.
Lembar instruksi Dokter.
c.
Lembar riwayat medis atau penyakit.
d.
Catatan perawat.
e.
Catatan dan laporan khusus.
Þ
Format model dokumentasi SOR (source-oriented-record)
Tanggal
|
Waktu
|
Sumber
|
Catatan Perkembangan
|
Tanggal/ Bulan/ Tahun
|
Waktu Intervensi
|
P/D/F/G
|
Meliputi:
-
Pengkajian Keperawatan
-
Diagnosa Keperawatan
-
Rencana Keperawatan
-
Tindakan Keperawatan
-
Evaluasi Keperawatan
Tanda
Tangan
|
Sumber : P : perawat
D : dokter
F : fisioterapi
G : ahli gigi
Keuntungan model dokumentasi SOR (source-oriented-record)adalah:
a.
Menyajikan data yang berurutan dan mudah
diidentifikasi.
b.
Memudahkan perawat melakukan cara
pendokumentasian.
c.
Proses pendokumentasian menjadi sederhana.
Kerugian model dokumentasi SOR (source-oriented-record)adalah:
a.
Sulit untuk mencari data sebelumnya.
b.
Waktu pelaksanaan asuhan keperawatan memerlukan
waktu yang banyak.
c.
Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber
untuk menentukan masalah dan intervensi yang akan diberikan kepada klien.
d.
Perkembangan klien sulit dipantau.
2. Model dokumentasi POR (Problem-oriented-record)
Model dokumentasi POR (problem-oriented-record)
merupakan model dokumentasi yang berorientasi pada masalah. Dimana model ini
berpusat pada data klien yang didokumentasikan dan disusun menurut masalah
klien. Pendekatan ini pertama kali dikenalkan oleh dr. Lawrence Weed dari
Amerika Serikat. Dalam format aslinya pendekatan berorientasi masalah ini
dibuat untuk memudahkan pendokumentasian dengan catatan perkembangan yang
terintegrasi, dengan sistem ini semua petugas kesehatan mencatat observasinya
dari suatu daftar masalah.
Komponen-komponen model dokumentasi POR :
a.
Data dasar
Data dasar merupakan kumpulan informasi tentang klien
yang berisi semua informasi-informasi yang telah dikaji dari klien sejak
pertama kali masuk Rumah Sakit. Data dasar ini meliputi: riwayat klien tentang
keadaan umum klien, riwayat keluarga, keadaan penyakit yang dialami pasien,
tindakan keperawatan yang pernah diberikan, pemeriksaan fisik, dan data-data
penunjang (laboratorium dan diagnostik).
b.
Daftar masalah
Daftar masalah merupakan hasil penafsiran dari data
dasar atau hasil analisis dari perubahan data. Daftar ini mencerminkan keadaan
atau nilai yang tidak normal dari data yang didapat dengan menggunakan urutan
prioritas yang dituliskan ke dalam daftar masalah dan diberikan pada setiap
pergantian shift.
Kriteria daftar masalah yang dibuat adalah:
·
Data yang telah teridentifikasi dari data dasar
disusun sesuai dengan tanggal identifikasi masalah.
·
Daftar masalah ditulis pertama kali oleh perawat
yang pertama kali bertemu dengan klien ataupun orang yang diberi tanggungjawab
untuk menuliskannya.
·
Daftar ini berada pada bagian depan status
klien.
·
Tiap masalah diberikan tanggal, nomor, rumusan
masalah, serta nama perawat yang menemukan masalah tersebut.
Format daftar masalah
Tgl
|
No
|
Masalah
Klien
|
Diidentifikasi
oleh
|
Masalah
Klien
|
|
1
|
1.
|
(perawat yang mengidentifikasi
masalah klien)
|
|
c.
Daftar rencana awal asuhan keperawatan
Daftar rencana awal merupakan rencana yang dapat
dikembangkan secara spesifik untuk setiap masalah.
Daftar rencana awal asuhan keperawatan terdiri dari
tiga komponen, yaitu:
1.
Pemeriksaan diagnostik.
2.
Manajemen kasus atau disebut juga usulan terapi
(pengobatan, kegiatan yang tidak boleh dilakukan, diet, penanganan khususdan
observasi yang harus dilakukan).
3.
Pendidikan kesehatan (sebagai tujuan jangka
panjang).
d.
Catatan perkembangan
Catatan perkembangan merupakan catatan tentang
perkembangan dari keadaan klien yang didasarkan pada setiap masalah yang
ditemukan pada klien. Revisi atau pembaharuan rencana dan tindakan mengikuti
perubahan dari keadaan klien. Catatan perkembangan ini berisi perkembangan atau
kemajuan dari setiap masalah kesehatan klien.
Catatan perkembangan dapat digunakan dalam bentuk:
1.
SOAP, yaitu Subjective
(data subjektif), Objective (data
objektif), Analisist(analisa), Planning (perencanaan).
2.
SOAPIER, yaitu Subjective (data subjektif), Objective
(data objektif), Analisist(analisa), Planning (perencanaan), Implementation
(implementasi atau tindakan), Evaluation(evaluasi),
dan Reassessment (penaksiran/
peninjauan kembali/ pengkajian ulang).
3.
PIE, yaitu : Problem (masalah), Intervention rencana tindakan), Evaluation (evaluasi)
Þ
Format Model dokumentasi POR (problem-oriented-record)
Data
dasar
|
Daftar
masalah
|
Rencan
intervensi
|
Catatan
perkembangan
|
DS
:
DO:
|
1.
|
1.
2.
3.
|
S
O
A
P
|
DS
:
DO:
|
2.
Dst
|
1.
2.
3.
|
S
O
A
P
|
Þ
Keuntungan model dokumentasi POR (problem-oriented-record) adalah:
1.
Fokus catatan asuhan keperawatan lebih
menekankan pada masalah klien dan proses penyelesaiannya dan proses
penyelesaian masalah.
2.
Pendokumentasian asuhan keperawatan
dilakukan secara kontinu.
3.
Evaluasi dan penyelesaian masalah didokumentasikan
dengan jelas.
4.
Daftar masalah merupakan check list untuk masalah klien.
Þ
Kerugian model dokumentasi POR (problem-oriented-record) adalah:
1.
Dapat menimbulkan kebingungan jika
setiap hal harus dimasukkan dalam daftar masalah.
2.
Pencatatan dengan menggunakan bentuk
SOAPIER, dapat menimbulkan pengulangan yang tidak perlu.
3. Model dokumentasi POR (progress-oriented-record)
Model dokumentasi POR (progress-oriented-record) merupakan
model dokumentasi yang berorientasi pada perkembangan dan kemajuan klien.
Dibawah ini merupakan jenis-jenis
catatan yang dapat digunakan dalam model keperawatan POR (progress-oriented-record) yaitu:
a. Catatan
perawatan
Catatan perawat biasanya ditulis tiap
24 jam, yang meliputi:
1. Pengkajian
satu orang atau lebih tenaga keperawatan tentang keadaan klien.
2. Asuhan
keperawatan yang bersifat mandiri.
3. Asuhan
keperawatan yang bersifat pendelegasian.
4. Evaluasi
keberhasilan setiap asuhan keperawatan.
5. Tindakan
yang dilakukan Dokter, yang mempengaruhi asuhan keperawatan.
6. Kunjungan
berbagai anggota tim kesehatan.
b.
Lembar alur, meliputi:
1. Hasil
observasi yang dilakukan perawat, pengukuran yang dilakukan secara berulang,
dan yang tidak perlu ditulis secara naratif.
2. Catatan
klinik, catatan keseimbangan cairan dalam 24 jam, catatan pengobatan dan
catatan harian tentang asuhan keperawatan.
c.
Catatan pemulangan dan ringkasan rujukan
Penulisan
dokumentasi pemulangan, meliputi:
1. Masalah
kesehatan yang masih terjadi.
2. Pengobatan
terakhir.
3. Penanganan
yang masih harus diteruskan.
4. Kebiasaan
makan dan istiharat.
5. Kemampuan
untuk asuhan sendiri.
6. Jaringan
dukungan.
7. Pola
atau gaya hidup.
8. Agama.
Hal-hal yang diperlukan pada pencatatan pemulangan klien
adalah:
Þ
Informasi untuk profesi kesehatan yang
akan melanjutkan perawatan klien selanjutnya, mencakup:
1. Uraian
mengenai intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada klien.
2. Uraian
informasi yang telah disampaikan kepada klien.
3. Uraian
mengenai keadaan klien.
4. Penjelasan
tantang keterlibatan keluarga dalam asuhan keperawatan.
5. Uraian
mengenai sumber daya yang diperlukan dirumah.
Þ
Informasi untuk klien, mencakup:
1. Penggunaan
bahasa yang jelas dan mudah dipahami.
2. Penjelasan
prosedur tertentu sesuai dengan yang dibutuhkan klien.
3. Identifikasi
tindakan pencegahan yang perlu diikuti atau dilaksanakan klien ketika melakukan
asuhan keperawatan mandiri.
4. Pemeriksaan
tanda dan gejala komplikasi yang perlu dilaporkan klien jika dialami klien
nantinya.
5. Pemberian
daftar nama dan nomor telpon tenaga kesehatan yang bisa dihubungi klien.
4. Model dokumentasi CBE (charting by exeption)
Model
dokumentasi CBE (charting by exeption) adalah
sistem dokumentasi yang hanya mencatat hasil atau penemuan yang menyimpang dari
keadaan normal tubuh. Penyimpangan yang dimaksud dalam hal ini menyangkut
keadaan yagn tidak sehat yang menganggu kesehatan klien.
Þ
Komponen Model dokumentasi CBE (charting by exeption),meliputi :
1. Dokumentasi
berupa kesimpulan dari penemuan-penemuan penting dan menjabarkan indikator
pengkajian. Dalam hal ini penemuan tersebut termasuk instruksi dari Dokter atau
Perawat, serta catatan pendidikan dan penemulangan klien.
2. Dokumentasi
ini dilakukan berdasarkan standart praktik keperawatan.
Þ
Keuntungan Model dokumentasi CBE (charting by exeption) adalah :
1. Tersusun
standart minimal untuk pengkajian dan investasi keperawatan.
2. Data
yang tidak nomal tampak jelas.
3. Data
yang tidak normal mudah ditandai.
4. Menghemat
waktu ataupun lembar pendokumentasian.
5. Pendokumentasian
duplikasi atau ganda dapat dikurangi.
Þ
Kerugian Model dokumentasi CBE (charting by exeption) adalah :
1. Pendokumentasian
sangat tergantung pada check list
yang dibuat.
2. Kemungkinan
adanya kejadian yang tidak
didokumentasikan.
3. Pendokumentasikan
yang bersifat rutin sering terabaikan.
4. Tidak
mengakomodasikan pendokumentasian disiplin ilmu yang lain.
Þ
Pedoman penulisan Model dokumentasi CBE (charting by exeption) adalah :
1. Data
dasar didokumentasikan untuk setiap klien dan disimpan sebagai catatan yang
permanen.
2. Daftar
diagnosis keperawatan ditulis ketika klien pertama kali masuk Rumah sakit dan
menyediakan daftar isian untuk semua diagnosis keperawatan.
3. Ringkasan
pulang klien ditulis untuk setiap diagnosis.
4. SOAPIER
digunakan sebagai catatan respon klien terhadap intervensi yang akan diberikan
kepada klien .
5. Data
diagnosis keperawatan dan rencana tindakan dapat dikembangkan.
5. Model dokumentasi PIE (problem-intervention-evaluation)
Model dokumentasi PIE (problem-intervention-evaluation)
merupakan suatu pendekatan orientasi –proses pada dokumentasi keperawatan
dengan penekanan pada masalah keperawatan, intervensi dan evaluasi keperawatan.
Þ
Karakteristik Model dokumentasi PIE (problem-intervention-evaluation) adalah:
1. Dimulai
dari pengkajian ketika pertama kali klien masuk ke Rumah sakit, diikuti dengan
pelaksanaan pengkajian sistem tubuh pada setiap pergantian dinas.
2. Data
masalah dipergunakan untuk asuhan keperawatan dalam waktu yang lama dan juga
untuk masalah yang kronis.
3. Intervensi
yang dilaksanakan dan rutin, didokumentasi dalam flow sheet.
4. Catatan
perkembangan digunakan untuk intervensi yang spesifik.
5. Masalah
yang ditemukan pada klien, dibuat dengan simbol “P (problem)”.
6. Intervensi
terhadap penyelesaian masalah, biasanya dibuat dengan simbol “ I (intervention)”.
7. Keadaan
klien sebagai pengaruh dari intervensi, dibuat denga simbol “E (evaluation)”.
8. Setiap
masalah yang diidentifikasi harus dievaluasi minimal 8 jam.
Þ
Keuntungan Model dokumentasi PIE (problem-intervention-evaluation) adalah:
1. Memungkinkan
dalam penggunaan proses keperawatan.
2. Intervensi
dan catatan perkembangan dapat dihubungkan.
3. Memungkinkan
dalam pemberian asuhan keperawatan yang kontinu.
4. Perkembanganklien
selama dirawat dapat digambarkan.
5. Pendokumentasian
yang otomatis dapat diadaptasikan.
Þ
Kerugian Model dokumentasi PIE (problem-intervention-evaluation) adalah
:
1. Tidak
dapat dipergunakan untuk pendokumentasian semua disiplin ilmu.
Þ
Model dokumentasi PIE (problem-intervention-evaluation):
Tanggal
|
Jam
|
Pendokumentasian
(Remarks)
|
............
............
............
............
|
..........
..........
..........
..........
|
P#
1.................
I#
1.................
2..................
E#
S................
O................
A................
P.................
|
6. Model dokumentasi POS (process-oriented-system)
Model dokumentasi POS (process-oriented-system) yang disebut juga dengan model
dokumentasi fokus adalah suatu model dokumentasi yang berorientasi pada proses
keperawatan mulai dari pengumpulan data klien, diagnosis keperawatan (masalah
yang muncul), penyebab masalah, atau definisi karakteristik yang dinyatakan
sesuai dengan keadaan klien.
Catatan perkembangan pada model dokumentasi Fokus
ditulis dengan menggunakan format DAR, yaitu:
1. Datum (D),
yaitu : data subjektif dan data objektif.
2. Action (A),
yaitu: tindakan keperawatan yang segera atau yang akan dilakukan.
3. Response (R),
yaitu respon klien terhadap tindakan medis dan tindakan keperawatan yang telah
diberikan kepada klien.
Þ
Keuntungan Model dokumentasi POS (process-oriented-system)
1. Model
dokumentasi Process-Oriented-System ini lebih luas dan lebih positif.
2. Sifatnya
fleksibel.
3. Catatan
rancana asuhan keperawatan model dokumentasi process-oriented-system ini
memudahkan data untuk dikenali.
4. Waktu
pendokumentasian lebih singkat.
5. Mudah
dipergunakan dan dimengerti.
Þ
Kerugian Model Dokumentasi Process-Oriented-System
adalah:
1. Dapat
membingungkan, khususnya antara intervensi yang belum dan sudah dilakukan.
Þ
Format Model Dokumentasi Process-Oriented-System adalah :
Tanggal/Waktu/
Tanda Tangan
|
Masalah
|
Catatan
Keperawatan (DAR)
|
Tanggal
:
Tanda
Tangan
|
1. .............
|
Datum
:
Action
:
Response
:
|
7. Sistem dokumentasi Core
Sistem dokumentasi core merupakan sistem dokumentasi pusat
yang merupakan bagian terpenting dari sistem dokumentasi dalam proses
keperawatan. Catatan perkembangan pada Model Dokumentasi Core, ditulis dengan menggunakan Format DAE,
yaitu:
1. Datum (D),
yaitu : data subjektif dan data objektif.
2. Action (A),
yaitu: tindakan keperawatan yang segera atau yang akan dilakukan.
3. Evaluation (E)
: evaluasi untuk melihat respon klien terhadap tindakan medis dan tindakan
keperawatan yang telah diberikan kepada klien.
Þ
Komponen Sistem dokumentasi core adalah:
1. Pengkajian
(data awal klien).
2. Flow sheet.
3. Masalah
keperawatan
4. Catatan
keperrawatan atau catatan perkembangan (DAE: datum, action, evaluation)
5. Ringkasan
(informasi mengenai diagnosis, konseling, kebutuhan untuk followup).
Þ
Format Sistem dokumentasi core adalah:
Tanggal/Waktu/
Tanda Tangan
|
Diagnosis
Keperawatan
|
Catatan
Perkembangan (DAE)
|
Tanggal
:
Tanda
Tangan
|
1.............
|
Data
:
Action
:
Evaluation
:
|
Þ
Keuntungan Sistem dokumentasi core
adalah:
1. Memfasilitsi
dokumentasi untuk seluruh komponen proses keperawatan.
2. Format
DAE membentuk suatu pemecahan masalah.
3. DAE
mengembangkan dokumentasi yang lebih efisien.
Þ
Kerugian Sistem dokumentasi core adalah:
1. Dibutuhkan
pemantauan yang diteliti untuk jaminan mutu layanan keperawatan.
2. Pengembengan
dari format membutuhkan banyak waktu.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sebagai
seorang calon tenaga medis khususnya dalam bidang keperawatan asuhan
keperawatan sangatlah harus diperhatikan. Asuhan keperawatan berkaitan
erat dengan dokumentasi keperawatan. Dalam pendokumentasian keperawatan terdiri
dari beberapa macam model, yaitu:
·
Model dokumentasi SOR (source-oriented-record).
·
Model dokumentasi POR (problem-oriented-record).
·
Model dokumentasi POR
(progress-oriented-record).
·
Model dokumentasi CBE (charting by exeption).
·
Model dokumentasi PIE (problem-intervention-evaluation).
·
Model dokumentasi POS (process-oriented-system).
·
Sistem dokumentasi Core.
B.
SARAN
Mahasiswakeperawatanharusbelajar memahami
tentang model-model dokumentasi keperawatan dan dapat mengaplikasikannya dalam
pendokumentasian keperawatan.
k
Maaf mau nanya referensi yang dipakai dibuku apa? apa saya bisa minta rujukannya? terima kasih
BalasHapusbisakah disertakan dengan referensi dari isi di atas ?
BalasHapusmengapa sor sangat penting
BalasHapusReferensi nya memakai buku apa?
BalasHapus